Abhijna

Abhijna , (Sansekerta: “pengetahuan supernatural”), Pali abhinna , dalam filosofi Buddhis, kekuatan ajaib diperoleh terutama melalui meditasi dan kebijaksanaan. Biasanya lima jenis abhijna disebutkan: kemampuan (1) menempuh jarak apa pun atau mengambil bentuk apa pun sesuka hati, (2) melihat segalanya, (3) mendengar segalanya, (4) mengetahui pikiran orang lain, dan (5) ) untuk mengingat kembali keberadaan sebelumnya.

Kekuatan ajaib keenam, kebebasan oleh kebijaksanaan yang tidak tercemar, secara eksklusif merupakan hak prerogatif para Buddha dan arhat (orang suci). Penghitungan sebelumnya dari tiga pengetahuan terdiri dari abhijna keenam ini bersama dengan kekuatan mengingat kehidupan sebelumnya dan melihat segala sesuatu dan dengan demikian mengetahui nasib masa depan semua makhluk.

Lima abhijna pertama yang disebutkan dalam Buddhisme identik dengan siddhi (kekuatan ajaib) yang dikenal oleh para pertapa India pada umumnya. Patanjali, misalnya, menyebut mereka dalam Yoga-sutra (eksposisi klasik Yoga) sebagai kebajikan magis meditasi. Goblin dan dewa dikatakan memiliki kekuatan seperti itu secara alami.

Pencapaian abhijna dianggap sebagai indikasi kemajuan spiritual. Akan tetapi, menurut Buddha dalam tradisi Theravada, pemanjaan abhijna harus dihindari, karena penggunaannya merupakan gangguan yang kuat dari jalan menuju pencerahan, yang merupakan abhijna keenam dan tujuan akhir.